Nahdlatul Ulama adalah Organisasi Masa terbesar yang ada di Iindonesia. Dari mulai berdirinya sampai saat ini tetap Eksis dan berkomitmen untuk melestarikan Aswaja yang menjadi dasar gerakannya. Untuk mencapai sebuah tujuan Nahdlatul Ulama telah menyiapkan barisan – barisan yang terorganisir, terdidik, dan terlebih dengan ilmu pengetahuan dan keagamaan yang disebut dengan Badan Otonom (BANOM).
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) merupakan organisasi yang berbasis keilmuan dan sarat dengan nilai keagamaan. IPNU - IPPNU secara organisatoris adalah badan otonom dari jam’iyah Nahdlatul Ulama’ (NU) yang menempatkan dirinya sebagai motor dalam pembinaan dan pengembangan minat dan bakat pelajar, santri, mahasiswa dan kalangan remaja pada umumnya, sehingga diharapkan mampu menciptakan sebuah kultur dikalangan remaja yang senantiasa memiliki dedikasi yang tinggi, serta melaksanakan amaliyah yang mencerminkan nilai budaya Islam ala Ahlussunnah Waljama’ah.
Pada tahun ini IPNU – IPPNU akan merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-57 dan ke-56 maka secara serempak seluruh Indonesia. Begitu juga dengan IPNU – IPPNU Cabang Kencong yang dengan ini mengadakan beberapa kegiatan yang bersifat mendidik bagi para generasi muda, pelajar dan santri.
SAMBUT NU MENJELANG SATU ABAD DENGAN ACTUATING By DESIGN
Tahun ini NU genap berusia 83 tahun,menjelang satu abad. Organisasi keagamaan yang besar dan tua ( besar karena sebagian besar rakyat Indonesia adalah warga NU, tua karena hampir berumur satu abad ).
Alhamdulillah secara pribadi penulis dilahirkan di tengah-tengah keluarga Nahdliyin, terlahir sebagai kader Nahdliyin, terlahir di tengah-tengah kehangatan Sunni. Selam 25 tahun penulis baru sedikit memamahami bahwa sebenarnya idiologi itu adalah pilar kehidupan.
Ahlussunnah Wal Jamaah lebih tepat diposisikan sebagai idiologi kehidupan karena komleksitas ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan dan tidak memaksakan kehendak terhadap warganya. NU adalah sebuah organisasi di dalam Aswaja, jika orang ditanya tentang NU pasti sedikit banyak mengetahuinya. Kebesaran NU telah jadi rahasia public, tidak diragukan lagi organisasi besar pasti punya basisi massa yang besar juga. Semangat juang nu terukir dengan tinta emas, para Ulama NU sangat dikenang jasanya dan disegani. NU dulu sampai sekarang tetap besar.
Sejauh ini penulis melihat anatomi NU adalah organisasi yang sangat kultus dan agung. Namun, lewat beberapa wacana, pengalaman di banom NU, rival – rival, para competitor yang sangat semangat, membuat penulis mempunyai paradigma lain tentang NU.
Sangat simplistis sekali, menurut penulis NU sangat berpeluang menjadi organisasi yang Best Quality. Hanya saja banyak hal – hal yang menyebabkan peluang tersebut sedikit tertunda. Entah disebabkabkan karena apa, tapi banyak realitas yang menyebutkan bahwa NU seringkali tidak mampu mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya.
Berikut beberapa fakta yang telah terjadi :
• Saat ini NU masih hidup dalam sejarah masa lalu dan tidak pernah berusaha menjadi pelaku sejarah
Merupakan rahasia umum bahwa pada tahun 1965, ketika itu rakyat Indonesia berada dalam kondisi mempertahankan kemerdekaan. Pada waktu itu juga NU tidak asing lagi profil NU sangat dikenal banyak kalangan. Banyak kader NU yang menjadi pejuang, banyak pula kiyai Nu yang menjadi pahlawan. Dan hail itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga NU.
Nama NU semakin besar dengan goresan perjuangan para pendahulu. Beberapa decade lalu telah terungkap bahwa kejahatan dan kelicikan tahun ’65 hanyalah rekayasa belaka dan NU salah satu pelaku sejarah yang ikut menjadi wayang. Apakah sejarah yang demikian yang selalu dibanggakan?
Keberhasilan itu adalah kemajuan dan kemajuan adalah melangkah dan menatap ke depan dengan tegas dan bijak bukan malah menoleh terus ke belakang, apalagi mengahadapi tantangan dengan sikap reaktif.
• NU tidak pandai mempertahankan apa yang sudah digenggaman
Jauh sebelum NU lahir, para ulama pendiri NU telah lebih dulu menggagas konsep perekonomian di negeri ini, konsep itu tertuang dalam organisasi bernama Nahdlatut Tujjar. Konsep yang ditawarkan waktu itu bersaing dengan konsep colonial, namun Nahdlatut Tujjar tetap berkembang dengan baik.
Ketika NU lahir, konsentrasi para Ulama terpecah pada NU dan upaya bagaimana NU bias diterima di seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya Nahdlatut Tujjar terbengkalai hingga sekarang Nahdlatut Tujjar terbaring tanpa ruh.
• Nilai tawar NU anjlok
Indonesia adalah sebuah Negara yang paling beruntung karena menjadi tempat kelahiran NU. Sosio Religius adalah prioritas perjuangan NU waktu itu, namun ketika warga NU semakin banyak dan hampir mendominasi Indonesia, maka NU mulai berfikir untuk berperan dalam kebijakan pemerintahan yang tak lain hanya untuk memenuhi kepentingan rakyat.
Mulailah NU mendirikan partai yang bisa menampung aspirasi warganya dalam pemerintahan. Karena NU berpeluang menjadi Singa disebuah hutan yang bernama Indonesia.
Memang eksistensi NU tidak diragukan lagi baik di dalam maupun di luar negeri, misalnya NU telah ikut serta memrakarsai berdirinya ICIS (International Conference of Islamic Scholar) yaitu Asosiasi para pemuka Islam se dunia. Nu juga mempunyai bebeberapa banom yang sangat dekat dan bermanfaat bagi rakyat sepert LKKNU, CBDRMNU (Community Based Disaster Risk Management Nahdlatul Ulama) yang konsentrasi di bidang Bencana alam, dan masih banyak lagi banom yang lainnya.
Semua banom – banom tersebut sangat menguntungkan masyarakat. Namun ketika NU mempunyai sebuah misi pada tataran pemerintahan (tentu saja dengan maksud mengekpresikan aspirasi warga NU dipemerintahan, karena wakil – wakil NU di pemerintahan mempunyai kewenangan utuk ikut serta dalam pengambilan kebijakan terhadap bangsa ini), justru masyarakat yang selama ini mengelu – elukan NU hilang tanpa jejak.
Pemilihan Legislatif 2009 kemarin menjadi tolak ukur perjalanan perjuangn NU, beberapa partai yang diusung NU tidak mendapat porsi besar sehingga wakil – wakil NU yang duduk di pemerintahan pun juga tidak banyak. Hail ini mengindikasikan bahwa banyak warga NU yang tidak menginginkan NU sibuk dengan urusan pemerintahan tetapi NU seharusnya lebih konsentrasi terhadap penggemblengan aqidah umatnya.
Jadi apakah yang apakah yang menjadi permasalahan, nilai tawar NU atau militansi warganya yang kurang ?
Menurut penulis, dari beberapa uraian di atas NU tidak lagi menjadi jago bagi warganya dalam kancah perpolitikan karena kenyataannya NU mulai kehilangan kursi di pemerintahan. Dan seharusnya NU lebih focus pada pemeliharaan militansi kader secara inten, itu penting.
Yang tak kalah pentingnya adalah “ mari sambut NU menjelang satu abad dengan konsep Actuating by Design ”. Artinya selama ini NU hanya jadi sebuah wacana yang sering diwacanakan orang lain. Dalam hal – hal tertentu NU seringkali melangkah tanpa desain yang jelas dan rigid.